Sponsors

Pages

Jumat, 06 April 2012

Mengapa Guru Tidak Lulus UKA?

Sudah hampir dua minggu pengumuman hasil UKA 2012 diumumkan. Ada berbagai perasaan yang ada pada setiap guru yang mengikuti test UKA. Bagi mereka yang lulus tentu merasa senang meskipun masih harus mengikuti proses berikutnya. Sementara yang tidak lulus tentu merasa kecewa, galau dan tak sedikit juga yang frustasi. Wajar karena proses untuk mendapatkan tunjangan sertifikasi tentu mesti tertunda dahulu. Bahkan bisa jadi malah hilang kesempatan.
Ada banyak ekpressi kekecewaan yang ditunjukkan oleh mereka yang tidak lulus  UKA. Ada yang biasa-biasa saja menanggapinya. Namun ada pula yang menggalang aksi untuk menolak hasil UKA sertifikasi guru 2012. Misalnya seperti yang dilakukan oleh guru-guru di Bandar Lampung yang mengajukan penolakan akan hasil UKA yang telah diumumkan tersebut. Dan barangkali hal yang sama dilakukan di daerah lain.


Namun apapun ungkapan kekecewaan mereka, semestinya semua itu menjadi koreksi akan kemampuan guru-guru itu sendiri. Artinya ada hal-hal yang mestinya menjadi pertimbangan bagi pemerintah selaku pemberi tunjangan dan guru-guru sebagai penerima dan pelaksana kebijakan. Dengan adanya guru yang tidak lulus ujian kompetensi, maka menjadi gambaran akan kualitas tenaga pendidik yang ada di negeri ini. Apalagi banyak diantara mereka yang tidak lulus merupakan tenaga pendidik di tingkat sekolah dasar. Level pendidikan yang merupakan titik awal paling penting untuk  menciptakan siswa siswi yang berkualitas untuk jenjang berikutnya.
Namun terlepas dari semua itu, sesungguhnya ada penyebab yang bisa dijadikan alasan mengapa banyak guru tidak lulus ujian kompetensi awal (UKA). Dan berikut ini adalah beberapa faktor yang menjadi  penyebab kegagalan tersebut :
  • Sumber daya manusia guru itu sendiri. Bukan rahasia lagi bahwa banyak guru yang memiliki kemampuan sumber daya manusia yang terbatas. Kurangnya kemampuan tersebut bisa disebabkan oleh faktor usia yang sudah mendekati masa pensiun atau faktor rendahnya kemampuan akan penggunaan media teknologi. Banyak diantara mereka yang sudah tidak sanggup lagi untuk menyelesaikan ujian dengan soal yang cukup banyak. Sehingga untuk memahami soal yang ada saja cukup merepotkan. Maka tak heran ketika banyak guru yang bingung dengan jawaban untuk soal yang diujikan. Khususnya mereka yang mengajar di kelas 1,2 dan 3 atau kelas kecil. Walaupun pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional sudah memberikan kisi-kisi akan apa yang diujikan, namun hanya sedikit diantara mereka yang bisa memperoleh kisi-kisi UKA tersebut. Hal ini wajar karena banyak diantara para guru tersebut yang tidak melek dengan internet. Sehingga informasi penting yang tersedia jarang mereka dapatkan. Dan  berujung pada tidak adanya  gambaran mengenai materi apa yang akan diujikan.
  • Adanya unsur menyepelekan UKA. Banyak diantara guru yang menganggap ujian kompetensi awal hanyalah sebagi formalitas saja. Mereka sudah merasa yakin bisa lulus karena mereka sudah mengisi berkas A1. Berkas A1 adalah berkas yang diberikan kepada mereka yang akan mengikuti PLPG. Hal inilah yang menyebabkan mereka tidak serius dan hanya sekedarnya saja dalam mengerjakan ujian kompetensi awal. Maka tentu hasilnya pun mengecewakan. 
  • Materi soal yang dianggap sulit. Bagi mereka guru yang mengajar di tingkat menegah pertama maupun atas tentu tidak banyak mengalami kesulitan dalam menjawab soal yang diujikan. Karena materi yang diujikan adalah materi yang biasa mereka ajarkan pada anak didik mereka. Namun hal ini berbeda pada mereka yang mengajar di kelas kecil atau kelas bawah. Karena banyak diantara guru kelas kecil seperti kelas satu, dua dan tiga tersebut yang tidak mengajarkan materi yang diujikan dan diberikan dalam kisi kisi UKA. Padahal sebagian besar materi yang diujikan adalah materi yang diajarkan pada kelas empat, lima dan enam. Artinya banyak diantara mereka yang tidak begitu menguasai dengan materi soal yang diujikan. Karena materi tersebut belum mereka ajarkan di kelas kecil. Inilah yang menjadi faktor utama banyaknya guru SD yang tidak lulus UKA. 
  • Faktor keberuntungan. Terlepas dari semua faktor diatas, ada faktor yang menjadi penentu yaitu faktor keberuntungan. Artinya ada diantara mereka yang belum mendapatkan keberuntungan padahal usaha sudah maksimal. Seperti kawan saya yang menjadi pengawas ruangan di tempat istrinya mengerjakan test. Tentu bantuan jawaban pun sudah diberikan. Dengan harapan hasil kelulusan akan lebih terbuka. Namun apa daya karena justru di ruangan tersebut istrinya malah salah satu yang tidak lulus UKA. Padahal peserta lain yang memiliki kemampuan di bawahnya malah lulus. Maka tentu kita hanya bisa berkata bahwa keberuntungan belum memihaknya. Walaupun usaha sudah maksimal.
Tidak salah tentunya tujuan pemerintah membuat aturan lebih ketat terhadap para guru yang akan mendapatkan tunjangan sertifikasi. Dimana salah satunya adalah melalui test ujian kompetensi awal. Namun tentu kurang bijak ketika para guru yang sudah memiliki hak untuk mendapatkan tunjangan sertifikasi yang semestinya mereka dapatkan masih dipersulit hak mereka. Apalagi bagi mereka yang sudah lama mengabdi menjadi guru. Karena tentu mereka akan sulit bersaing dengan mereka para guru yang masih berusia muda. Bahkan bisa dikatakan murid mereka. Tentu perlu dipertimbangkan lagi kebijakan untuk memperketat pemberian tunjangan sertifikasi bagi para guru melalui ujian kompetensi awal (UKA). Agar hasil yang diinginkan merupakan hasil yang terbaik untuk semua. Sehingga tidak ada pihak yang merasa terdzolimi.

0 komentar:

Posting Komentar

Anda boleh Kopi Paste. asal sertakan link back ke blog ini Makasih

ANDA WAJIB KOMENTAR :D !!
jika anda Tidak Punya Akun Apapun,, Anda Bisa Menggunakan ANONYMOUS