Sponsors

Pages

Selasa, 20 Maret 2012

Kenapa Harus Malas ?


Ujian nasional sebentar lagi akan datang, wah pasti ini semua yang kelas 6 SD, 9 SMP dan pastinya 12 SMA pasti sibuk dan khawatir memikirkan, haduh bagaimana ya ujiannya. Disamping itu, pasti tambah pusing memikirkan akan melanjutkan kemana?. Tak hanya siswa saja yang bingung pasti orangtua tambahbingung memikirkan anaknya. Apalagi standart kelulusan setiap tahunnya berubah. Dan mungkin pada saat ini gencar-gencarnya LBB mencari murid hehe… Tetapi kenapa kog malas sekali ya. Kenapa rasanya ada yang membelenggu diri ini untuk beraktivitas, maunya hanya membayangkan saja bagaimana jika saya jadi ini itu dan itu ini apalah itu.
Sahabatku, malas memang menjadi penyakit bagi setiap orang. Malas memang terkadang jadi makanan rutin orang yang tidak mempunyai progress dalam hidupnya. Mari sejenak kita berkaca pada sahabat-sahabat kita yang berada di Amerika, Singapura dan Negara maju lainnya. Apakah mereka menggunakan kata malas jika tidak mau melakukan sesuatu. Etos kerja orang-orang Amerika dan Negara maju lainnya memang patut kita contoh.
Hmm sebenarnya kenapa sih anak sekarang bahkan kita sendiri terkadang malas untuk melakukan suatu hal?.. Jawabannya mungkin karena teknologi. Wah kenapa ya teknologi? Bukannya dengan teknologi kita jadi dipermudah dan jadi tambah pandai. Memang satu sisi positifnya adalah sedemikian tetapi coba kita berpikir. Dirumah ada koneksi internet, saat ada PR maupun tugas yang agak sedikit menantang langsung saja ketik di mbahgoogle dan dalam hitungan detik semua pertanyaan akan dijawab (sekedar pengalaman, mafhum ya hehe).
Dengan begitu otak kita akan terbiasa manja. Otak tidak digunakan untuk berpikir secara optimal sedangkan kita tahu sendiri bahwa otak kita, anugerah terindah yang hanya diperuntukkan manusia memiliki 1.000.000.000.000 sel. Haduh tak bisa membayangkan. Kita tahu sendiri bahwa Albert Einstein itu hanya menggunakan 20% otaknya sudah menjadi orang yang sedemikian jenius. Bagaimana kalau kita menggunakan 50%nya saja wah jadi apa ya?, mungkin sampai tak ada sehelai rambut disemuabagian tubuh. Haha.. :ngakak
Lalu kenapa orang-orang Negara maju tetap tidak malas meskipun teknologi mereka jauh lebih cangggih daripada kita?.yuk kembali lagi kita berkaca pada etos kerja bangsa Negara maju. Sejak usia kecil mereka diajari untuk dibudayakan membaca. Dengan membaca kita dapat berpikir, oh ternyata begitu ya! Meskipun sepele yang kita baca adalah surat kabar atau majalah. Dengan itu pula kita jadi berpikir dan menyimpannya dalam otak tentang informasi yang kita dapat. Informasi tersebut akan diolah menjadi pengetahun dan setiap pengetahuan pasti berharga. Seperti contoh, anak yang baru lancar membaca melihat surat kabar didepannya, karena orangtuanya membaca si anak tertarik juga untuk membaca. Mungkin yang dibaca hanya headlinenya saja, misal berjudul “Presiden Mengesahkan UU baru” memang pada saat usia dini anak mungkin belum mengerti api sih presiden? Apa sih UU?. Kembali lagi, karena kita diberi otak yang super luar biasa otak akan menampung informasi tersebut dan saat anak bertambah usia anak akan lebih cepat menyerap informasi karena sudah ada dalam memori otaknya. Dan pastinya jangan menyepelkan hal yang kecil. :babyboy
Orang-orang di Negara maju, Mereka mengoleksi bacaan-bacaan sesuai dengan umur mereka. Hampir disemua sudut tak peduli tempat umum maupun tempat mereka berteduh, dimana ada mata pasti ada buku. Berbeda sekali dengan Indonesia kita ini yang sejak kecil anak-anak dididik untuk mengolekeksi mainan. Benar tidak?. Sebenarnya boleh-boleh saja bermain karena memang itu suatu keharusan tetapi jika terlalu sering bermain akibatnya otak menjadi… wah… otak mungkin ibarat besi sudah lapuk sulit untuk mengembalikannya menjadi utuh.
Orang-orang bangsa maju sejak kecil sudah di didik untuk mengamati, membaca dan mencoba. Jadi dengan itu kita akan terbiasa mandiri. Jika ada soal yang bikin rumit kita akan berusaha mengerjakan itu dengan sesuai tenaga. Tak ada kata untuk menyerah. Dengan begitu otak akan bekerja dan akan kita terbiasa menjadi orang yang kritis dan pastinya tidak malas lagi. Dan pastinya man jadda wajadda. Selain itu Rasul juga pernah bersabda “Inna asyaddannaasi ‘azaaban yaumal qiyaamah al makhfiyyul faarigh” yang artinya “sesungguhnya siksa yang paling dasyat menimpa manusia di akhirat nanti adalah manusia pemalas dan pengangguran”. Ihh… serem kan. :malu2
Makanya yuk jangan malas! Nanti kita akan menyesal sendiri kenapa kita dulu kog malesan.. hehe.. sahabatku, ayo perbaiki bangsa ini, mulai dari diri kita dan ingat bahwa sekecil apapun perbuatan itu akan membuat perubahan. :request

0 komentar:

Posting Komentar

Anda boleh Kopi Paste. asal sertakan link back ke blog ini Makasih

ANDA WAJIB KOMENTAR :D !!
jika anda Tidak Punya Akun Apapun,, Anda Bisa Menggunakan ANONYMOUS