Darah tinggi atau darah rendah menjadi persoalan
serius bagi kesehatan tubuh manusia. Manusia yang tekanan darahnya
terlalu tinggi dari ambang normal, bakal mengalami gangguan fisik.
Sebaliknya, manusia yang tekanan darahnya terlalu rendah juga tidak akan
bugar. Jika dibiarkan terus-menerus, gangguan tekanan darah ini bisa
sampai berujung pada kematian.
Dalam khazanah kesehatan modern, tekanan
darah ini kemudian dipahami punya keterkaitan yang sangat kuat dengan
kerja jantung. Berdasar fungsinya, jantung merupakan organ tubuh manusia
yang punya fungsi sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Kasus
kematian yang terjadi lantaran gangguan jantung manusia menempati posisi
paling tinggi.
Wacana psikologi juga punya perhatian yang
sangat besar terhadap isu tekanan darah. Perilaku emosi manusia,
diyakini punya ikatan yang kuat dengan tekanan darah. Karena itu
kemudian orang sering menyebutkan bahwa marah itu bikin darah tinggi.
Bahkan sebagaian pihak menyebut kata marah dengan istilah naik darah.
Sebenarnya, sejak kapan tekanan darah mulai
dikenal manusia? Situs world-medicinehistory.com menuliskan bahwa
sebenarnya, tekanan darah manusia mulai dikenal sekitar 2600 sebelum
masehi. Saat itu Kaisar Kuning Huang Ti Nie Ching dari Cina menyebutkan
bahwa konsumsi garam memiliki hubungan dengan penguatan detak. Tulisan
ini ditemukan jauh setelah kematian Nei Ching. Kemudian naskah yang
tertulis 2.000 tahun sebelum masehi menyebutkan soal pentingnya
penggunaan potasium untuk diet.
Belakangan memang kemudian diketahui bahwa
garam adalah bumbu yang jika dikonsumsi terlalu banyak bisa menyebabkan
naiknya tekanan darah. Karena itu orang yang terkena darah tinggi
biasanya akan diminta untuk mengurangi atau bahkan menghindari sama
sekali konsumsi garam. Sedangkan potasium dengan dosis tertentu
dipercaya bisa mengatasi tekanan darah tinggi.
Selama ribuan tahun setelah tulisan Kaisar
Kuning itu memang belum terdefinisikan secara pasti soal hubungan garam
dengan denyut jantung, atau potasium dengan diet. Keterkaitan ini baru
mulai terdefinisikan sejak tahun 1706 saat ahli anatomi asal Prancis,
Raymond de Viessens menggambarkan struktur jantung.
Gambar struktur hati ini kemudian
mengilhami Reverend Stephen Hales. Dari situ dia kemudian terpikir untuk
mengukur tekanan darah. Makhluk yang pertama kali tekanan darahnya
diukur, ternyata bukan manusia. Dia menjalankan pengukuran ini saat
berlangsung pembedahan seekor kuda. Namun demikian, saat itu alat yang
digunakan untuk mengukurnya belum sederhana.
Barulah di tahun 1896, seorang ahli fisika
Scipione Riva-Rocci menemukan alat yang sederhana untuk mengukur tekanan
darah manusia. Alat itu berupa karet yang diikat melingkar lengan, yang
kemudian diisi angin. Pengisian angin ini bertujuan menghentikan aliran
darah di urat yang dialiri darah. Alat ini masih mengandalkan hitungan
manual.
Memasuki tahun 1902, alat ukur tekanan
darah ini dibuat lebih modern. Seorang psikolog Belanda, Willem
Einthoven, membuat electrocardiogram, yakni alat pengukur tekanan darah
elektrik. Penghitungan tekanan darah yang dijalankan oleh alat ini sudah
tidak lagi manual. Hal ini memungkinkan dihasilkannya angka tekanan
darah yang lebih tepat. Dari sinilah kemudian tekanan darah bisa
dipantau setiap saat. Kondisi tekanan darah ini kemudian bisa menjadi
gejala yang menggambakan kondisi tubuh secara keseluruhan.
0 komentar:
Posting Komentar
Anda boleh Kopi Paste. asal sertakan link back ke blog ini Makasih
ANDA WAJIB KOMENTAR :D !!
jika anda Tidak Punya Akun Apapun,, Anda Bisa Menggunakan ANONYMOUS