Sebagian
besar blogger tentunya masih ingat, ketika bermunculan aneka jejaring
sosial sempat beredar isu kalau blog akan menemui ajalnya, apalagi
ketika situs friendster kolaps (sekarang sudah hidup lagi dengan konsep
baru), isu terebut semakin berhembus kencang : “situs pertemanan sendiri aja bisa klepek-klepek, apalagi blog ?”.
Belakangan
isu yang berbeda memuncah kalau ternyata blog tetap eksis, juga dengan
orang-orangnya yang tetap bangga dirinya disebut blogger. Kemunculan
jejaring sosial justru semakin mendorong para blogger lebih ngegenjot
lagi konten blog nya, meskipun tidak sedikit yang terlalu sibuk dengan
jejaring sosial sehingga mulai memalingkan aktivitas ngeblognya. Ada
yang berpendapat sebabnya sih sederhana saja (jangan tanya pendapatnya
siapa ), ketika eksis di jejaring sosial mereka serasa mendapatkan perhatian lebih dibanding ngeblog. Owh… my god, saya baru ngeuh kalau ternyata ada juga yang ngeblog untuk mendapatkan perhatian lebih. Hehehehee…
Meskipun
ada pergeseran orientasi dari ngeblog yang tadinya sekedar menulis
biasa menjadi objek komersil, kalau di globalkan faktanya blog-blog di
Indonesia semakin bertambah dan mewabah. Blog pun semakin seksi
ketika eksistensinya mulai diperhitungkan karena turut memberikan
pengaruh kepada banyak orang, apalagi ketika blog-blog tersebut memuat
sesuatu yang renyah (tapi bukan kerupuk). Sesuatu yang renyah itu pula
menjadikan blog sebagai penyeimbang situs-situs berita.
Saya masih ingat pada saat Amprokan Blogger 2011 lalu di Bekasi, bagaimana Bang Almas (blogger
Ambon) berbagi kisah tentang dirinya dengan blogger-blogger Ambon
lainnya harus bahu membahu (ketika Ambon dilanda kerusuhan)
untuk meluruskan setiap informasi media masa mainstrean yang timpang dan
tidak sesuai fakta, yang justru semakin memperburuk keadaan.
Inilah
salah satu contoh bagaimana seharusnya blog memberi peran positif, dan
ketika peran tersebut semakin positif maka akan semakin disukai oleh
banyak orang, dan tentunya not imposible jika suatu waktu blog lebih bisa dipercaya dibanding media masa. Oh iya, ternyata itu sudah terbukti ketika blog Mashable sering menjadi rujukan informasi teknologi yang kemudian diterjemahkan untuk diberitakan oleh situs-situs berita di Indonesia.
Mulai Dilirik
Semakin
banyak blog yang kehadirannya sangat diterima oleh masyarakat, dan
setiap postingannya begitu dinantikan. Ternyata, ini semakin dilirik
juga oleh banyak pihak. Paling tidak kita bisa mengambil samplenya dari
bocoran kawat diplomatik lewat WikiLeaks yang kemudian dilansir oleh
Guardian pada tanggal 19 Januari 2011 lalu, yang isinya kurang lebih
mengatakan bahwa : Amerika Serikat (AS) Memanfaatkan Blogger Indonesia Untuk Kepentingan AS
Se-seksi apakah blog-blog di Indonesia sampai AS sedemikian meliriknya ?
Bocoran
kawat diplomatik tersebut semakin dianggap benar, ketika dari tahun ke
tahun pihak kedutaan AS selalu menjadi salah satu sponsor utama pada
kegiatan Pesta Blogger (PB) yang kemudian berubah menjadi ON|OFF, tidak
ketinggalan juga dengan Voice of America (VOA) nya yang notabene juga berbasis di AS. Apakah bentuk sponsorship ini benar-benar ada kaitannya dengan apa yang dibocorkan oleh WikiLeaks ?, entahlah… Tapi, hampir semua orang juga tahu, tidak akan AS menggelontorkan dana jika tidak ada kepentingan.
Dikemudian waktu blogger Indonesiapun mulai banyak yang beralih seperti pindah haluan untuk event
kumpul-kumpul akbarnya, yaitu dengan semaraknya Kopdar Blogger
Nusantara (KBN). Yang semakin menarik adalah ketika PB 2011 (ON|OFF)
dan KBN 2011 awalnya berbenturan waktu pelaksanaan, sampai akhirnya ON |
OFF yang dimundurkan waktunya.
Apakah KBN sebagai tandingan dari PB ?, entahlah…
Yang pasti saya pribadi beranggapan peserta KBN serasa lebih beragam dan lintas daerah dibanding ON|OF. Mungkinkah
ini juga indikasi kalau banyak blogger yang berganti haluan
kumpul-kumpul karena merasa “tidak” ingin dimanfaatkan ?, atau bisa juga
“yang penting ngeksis (jujur, semodel saya)”. Sekali lagi saya bilang “entahlah….!”.
Apakah mungkin AS juga akan “melirik” KBN lalu kemudian mengucurkan dananya ?. Lagi-lagi “entahlah…”.
Mungkin ada yang bertanya “lantas apa kepentingan AS ?”
Terus
terang saya sendiri tidak bisa menjelaskannya, karena meskipun dunia
politik penuh dengan duga-menduga, tapi saya tidak berani terlampau
menduga. Tapi, secara sederhana kita bisa menempatkan blog ibarat media
massa, bedanya kalau media massa dimiliki oleh korporat kalau blog
cenderung dimiliki oleh personal.
Kita
bisa membandingkan bagaimana suasana pemberitaan di era orde baru dan
era pasca reformasi. Di era orde baru tidak begitu banyak informasi
negatif yang beredar, apalagi yang memicu kerusuhan, berbeda dengan
kondisi pemberitaan saat ini yang ditambah lagi dengan menganut faham
kebebasan yang membuat siapapun seperti bebas menulis apapun. Terjaganya
arus informasi media masas saat orde baru karena pemerintahan saat itu
memberi kontrol yang sangat ketat terhadapa media masa, bahasa halusnya
adalah “mengendalikan” media, supaya pemerintah tetap bisa menjaga
eksistensi kebijakannya.
Mengendalikan
ini bisa dengan cara halus atau cara kasar, dan silahkan bayangkan
sendiri, kalau diibaratkan masa orde baru, kira-kira blogger ini sedang
berupaya dikendalikan dengan cara apa untuk menjaga eksistensi kebijakan
pihak-pihak tertentu.
Keseksian blog semakin dilirik
juga oleh pihak-pihak swasta, dan lagi-lagi yang pandai meliriknya
justru berawal dari perusahaan-perusahaan asing. Lirikan tersebut adalah
upaya diplomasi yang memanfaatkan blogger dengan blog-nya sebagai
sarana pendukung perubahan opini, apalagi kalau selama ini opini yang
beredar tentang perusahaan tersebut adalah negatif. Hemhhh… ternyata
blogger sudah mulai memberikan pengaruh.
Antara Idealisme dan Materialisme
Seakan-akan
ada friksi label yang disebatkan kepada seorang blogger, yaitu antara
idealis atau materialis. Istilah idealis dan materialis ini bagi
sebagian blogger sebetulnya tidak perlu menjadi friksi, cara sederhana
saja, yaitu dengan memisahan idealisme dan materialismenya kedalam dua
blog yang berbeda. Dengan begitu kita tetap punya sisi idealisme tapi
juga punya penghasilan. Sisi idelaisme itulah yang akan menjadi “alarm”
untuk mengingatkan sisi materialisme kita supaya tidak terlampau jauh,
yang menjadikan kita seperti dimanfaatkan untuk kepentingan negatif.
Karena, bagaimanapun sisi materialis tersebut tidak bisa dihilangkan,
selama kita memiliki kebutuhan materi untuk hidup, yang terpenting
adalah bagaimana materialis nya kita tidak sampai mengaburkan idealisme.
Sederhananya : “Matre juga pilih-pilih !”
Dalam diskusi ringan ada beberapa teman yang bilang : “Kalau blog bisa memberikan penghasilan tambahan, kenapa tidak ?, yang terpenting tidak menghalalkan segala cara”.
Asing Sudah Mengikat, Lokal Masih Mencari Tali
Kalau
tadi saya mengatakan bahwa banyak perusahaan-perushaan asing yang mulai
melirik potensial blogger-blogger di Indonesia, sekarang tinggal kita
bertanya bagaimana dengan perusahaan-perusahaan lokal ?.
Entah
perusahaan lokal kurang jeli atau atau apa, yang pasti kondisinya
menunjukan kalau perusahaan-perusahaan asing jauh lebih agresif dalam
mengintip potensi dan melibatkan blog-blog di Indonesia. Mulai dari
lomba-lomba blog, job review, event, launching product, dan
lain sebagainya. Mungkin salah satu perushaan lokal yang cukup jeli
melihat potensi ini adalah produsen Sotoji, meskipun produknya masih
baru tapi terbukti dengan lomba blog yang diselenggarakannya “demam”
Sotoji mulai mewabah. Cukup efektif untuk sebuah promosi dengan budget yang
tidak terlalu besar. Pendapat saya tentang kejelian Sotoji sebagai
perusahaan lokal yang melirik potensi blog ternyata sebelumnya sudah
dipertegas oleh Mas Gajah Pesing di blog nya dengan postingan berjudul Fenomena @Sotoji yang mengatakan bahwa :
“..Tercatat 92,500 keyword sotoji yang tercatat di mesin pencari (google) dengan kurun waktu 0,24 detik (Minggu, 18 Mar 20121, 16:05)…”.
Yang
dirasa lebih kurang gesit lagi dalam melihat potensi blogger, menurut
saya adalah pemerintah. Situasi yang cukup menarik adalah ketika Dewan
Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI) secara mengejutkan
(mudah-mudahan tidak terlalu lebay kalimat saya nya) menyelenggaran
lomba blog. Saat itu saya sangat respek dengan apa yang dilakukan oleh
DPD-RI, lumayanlah meskipun untuk anggota DPD-nya sendiri sangat jarang
sekali yang aktif ngeblog. Tapi setidaknya mulai ada pihak .go.id yang ngeuh kalau
blogger punya potensi tersendiri, itu terbukti ketika peserta lomba
blog DPD-RI mencapai 500 blog lebih ditengah situasi maraknya lomba
blog.
0 komentar:
Posting Komentar
Anda boleh Kopi Paste. asal sertakan link back ke blog ini Makasih
ANDA WAJIB KOMENTAR :D !!
jika anda Tidak Punya Akun Apapun,, Anda Bisa Menggunakan ANONYMOUS